Senin, 22 September 2014

Bahagia itu Sederhana






Cara Sederhana Menjadi Bahagia

Daniele Boido, penulis “The Human Being Of The Future”  mengatakan, bahwa membersihkan emosi negatif dan meningkatkan hubungan bisa membantu menciptakan kehidupan yang  lebih bahagia.
Berikut adalah saran dari Daniele Baido :
  • Memahami spiritualitas. Tunjukan kasih sayang, kesabaran dan cinta tanpa syarat. Jangan menghakimi dan sebaiknya berbagi pengetahuan dan wawasan untuk mencoba mendukung, serta mendorong orang lain untuk mengikuti jalan mereka sendiri. Berusahalah untuk menjadi lebih sadar dan selaras dengan pikiran dan tindakan. Ini bisa melalui meditasi, olahraga atau gaya hidup sehat, yang akan membantu Anda untuk mencapai kekuatan batin dan koneksi ke orang lain.

  • Belajar memaafkan. Berpegang pada rasa sakit di masa lalu hanya akan merusak pikiran. Jika seseorang telah menyakiti Anda, lepaskan kepahitan dan dendam itu untuk move on. Untuk beberapa saat, Anda bisa mengulang kalimat ini dalam pikiran atau dengan suara keras: "Aku benar-benar dan tulus memaafkan, serta akan melupakan momen dan orang dari masa lalu yang negatif. Aku sudah memaafkan semuanya."  Ingat, memaafkanbukan berarti kita terima dengan perbuatannya, tetapi memaafkan adalah kita berusaha membangun jiwa yang besar pada diri kita. Minta maaf itu biasa, tapi memberi maaf  itu luar biasa.

  • Melepaskan emosi negatif.  Caranya, duduklah  dengan nyaman, hirup dan hembuskan napas yang panjang dengan lambat. Saat Anda mengeluarkan napas, bayangkan melepaskan semua emosi negatif seperti marah, dendam atau kecemburuan. Saat Anda menarik napas bayangkan menghirup kualitas positif yang memberi ketenangan, keberanian dan kemauan, bayangkan hal yang paling menyenangkan dalam hidup anda. Lanjutkan ini selama beberapa menit. Dengan latihan ini, Anda akan menemukan lebih mudah untuk melepaskan perasaan negatif.


·         Jaga tubuh. Banyak konsumsi makanan segar termasuk buah, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan gandum. Ini akan menyehatkan tubuh dengan menghasilkan energi yang bersemangat dan sehat. Lakukan juga latihan pikiran dan tubuh seperti yoga, pilates atau tai chi. Meditasa juga baik untuk ketenangan kita.

  • Belajar dari orang lain. Belajarlah banyak tentang kehidupan dari orang yang kita cintai. Dengan sendirinya itu akan memotivasi diri anda.

  • Bersantai. Saat Anda terjebak dengan pekerjaan dan mengurus keluarga, Anda sangat mudah untuk tergelincir ke situasi stres. Carilah tempat yang tenang dan mulailah relaksasi dari ibu jari kanan hingga fokus pada setiap tubuh Anda. Dan lepaskan semua beban hidup anda.

  • Buat getaran positif. Anda harus mengembangkan kemampuan untuk fokus. Lakukan latihan ini: Gambarkan sebuah lingkaran besar, lalu hitamkan dengan pena hitam. Letakan di depan mata, bernapas perlahan dan dalam kemudian fokuskan pada hal itu selama 3 menit. Gunakan keterampilan ini saat fokus memanggil pikiran positif.

  • Berhubungan dengan alam. Di pagi hari, habiskan 2-3 menit berfokus pada hal-hal seperti air, hujan, pohon, bunga, rumput atau buah-buahan. Di malam hari, fokuslah pada kualitas batin termasuk cinta, kebaikan, kedamaian, dan harmoni. Ini akan membuat hubungan yang lebih kuat terhadap kualitas alam dan merasa lebih selaras dengan alam.

  • Berbagilah cinta tak bersyarat. Merasakan cinta tanpa syarat terhadap diri sendiri dan orang lain akan menciptakan harmoni. Makin banyak Anda membuka diri untuk perasaan ini, Anda akan merasa lebih damai dan tenang.

  • Cari bos spiritual. Jika suatu saat Anda merasa tenang dan terkendali, namun selanjutnya stres dan ketagihan cokelat, mungkin Anda perlu mencari bos spiritual. Agar lebih terkendali, bayangkan bahwa Anda memiliki bos spiritual yang bisa mengontrol Anda. 
 Semua orang ingin bahagia. Bahkan, apa saja yang diusahakan dan dilakukan oleh manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan.
Secara mudah kebahagiaan itu ialah memiliki hati yang tenang dalam menghadapi semua ujian dalam kehidupan. Inilah arti bahagia yang sebenarnya, Allah berfirman :
“Ketahuilah dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang.” Al Ra’du 28.
Rasulullah S.A.W. juga telah bersabda:

” Bahawasanya di dalam tubuh badan manusia ada seketul daging. Apabila ia baik, baik pulalah seluruh badan, tetapi apabila ia rosak maka rosak pulalah seluruh badan. Ingatlah ia adalah hati. ” (riwayat Bukhari Muslim)
Rasulullah S.A.W bersabda lagi:

” Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda tetapi kekayaan itu sebenarnya ialah kaya hati “
Kaya hati yang dimaksud adalah  hati yang tenang, lapang dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan  bersyukur dengan apa yang ada, sabar dengan apa yang tiada.
Bahagia itu relatif. Setiap orang mengartikan bahagia itu berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Bagi yang sakit, sehat itu dirasakan bahagia. Tetapi apabila sudah sehat, kebahagiaan itu bukan pada kesehatan lagi. Sudah beralih kepada perkara yang lain lagi. Bagi golongan ini kebahagiaan itu adalah satu “moving target” yang tidak spesifik artinya.  
Keinginan manusia untuk bahagia sering tidak kesampaian. Ini disebabkan karena manusia tidak tahu apa makna bahagia sebenarnya dan mereka juga tidak tahu bagaimanakah caranya untuk mendapatkannya. Jika kita mencari sesuatu yang tidak diketahui dan dikenali, sudah pasti kita tidak akan menemuinya. Oleh karena  itu, usaha mencari kebahagiaan itu mestilah bermula dengan mencari apa arti kebahagiaan itu terlebih dahulu.

Ada pula golongan pesimis. Mereka beranggapan bahawa tidak ada bahagia di dunia ini. Hidup adalah untuk menderita. Manusia dilahirkan bersama tangisan, hidup bersama tangisan dan akan dihantar ke kubur dengan tangisan. Bahagia adalah satu utopia, ilusi atau angan-angan. Ia tidak terwujud dalam realita dan kenyataan.
Ada orang yang beranggapan bahwa bahagia itu bersumber dari Ia harta, kuasa, rupa, nama dan jabatan yang dimiliki oleh seseorang. Golongan ini merasakan jika berjaya menjadi hartawan, negarawan, bangsawan, rupawan, kenamaan dan cendekiawan maka secara automatik bahagialah mereka.
Karena pernyataan itu, mereka selalu berusaha untuk melakukan apa saja untuk memiliki harta, kuasa dan lain-lain. Kita tidak bahaskan mereka yang miskin, hodoh, tidak popular, lalu gagal merasakan bahagia tetapi mari kita tinjau apakah hidup para hartawan, rupawan, bangsawan, kenamaan dan cendekiawan itu bahagia?

Realitanya, sudah menjadi “rules of life” (sunatullah), manusia tidak mendapat semua yang diingininya. Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan dan bukan apa yang kita inginkan. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengelakkan diri daripada sesuatu yang tidak disenanginya. Hidup adalah satu ujian yang menimpa semua manusia, tidak melihat kedudukan, harta dan pangkatnya. Allah berfirman :

“Dijadikan mati dan hidup adalah untuk menguji manusia siapakah yang terbaik amalannya.” Al Mulk.
Si kaya mungkin memiliki harta yang berjuta, tetapi mana mungkin dia mengelakkan diri dari sakit, tua dan mati?
 Inilah yang berlaku kepada Cristina Onasis pewaris kekayaan ayahnya Aristotle Onasis, yang mati pada usia yang masih muda walaupun memiliki harta yang berbilion dollar. Mereka yang rupawan, tidak boleh mengelakkan diri daripada cercaan.
Madonna, Paris Hilton (sekadar menyebut berapa nama) pernah dikutuk akibat kelakuan buruk masing-masing.
 Lady Diana , wanita idaman akhirnya mati dalam keadaan yang tragis dan menyedihkan sekali.
John Lenon tidak dapat mengelakkan diri daripada dibunuh walaupun dirinya dipuja oleh jutaan peminat.
Elizabeth Taylor pula sedang membilang usia yang kian meragut kecantikan dan potongan badannya.
Itu belum dikira lagi nasib malang yang menimpa negarawan dan bangsawan tersohor seperti Al Malik Farouk (Masir), Shah Iran (Iran), Ferdinand Marcos (Filipina), Louis XVI (Perancis), Tsar (Rusia) dan lain-lain lagi.
Tegasnya, kesakitan, cercaan, dijatuhkan dan lain-lain ujian hidup telah menumpaskan ramai hartawan, rupawan, negarawan dan cendekiawan dalam perlumbaan mencari kebahagiaan.Dengan kenyataan seperti itu, membuktikan bahwa tidak semua orang yang kaya, berpangkat, itu bahagia tanpa satupun masalah yang menghampiri.
Sebenarnya bahagia itu adalah bagaimana cara seseorang dalam menjalani hidup ini. Orang kaya belum tentu bahagia, dan orang miskin juga belum tentu tidak bahagia.

Mari kita lihat persoalan ini lebih dekat. Apakah benar ujian hidup menghilangkan rasa bahagia dalam kehidupan ini? Apakah sakit, usia tua, cercaan manusia, kemiskinan, kegagalan, kekalahan dan lain-lain ujian hidup menjadi sebab hilangnya bahagia? Jawabnya, tidak!
Jika kita beranggapan bahawa ujian hidup itu penyebab hilangnya bahagia maka kita sudah termasuk dalam golongan pesimis yang beranggapan tidak ada kebahagiaan di dunia. Mengapa begitu? Karena hakikatnya hidup adalah untuk diuji. Itu adalah peraturaan hidup yang tidak boleh dielakkan. Sekiranya benar itu penyebab hilangnya bahagia, maka tidak ada seorang pun manusia yang akan bahagia kerana semua manusia pasti diuji.
Atas dasar itu, ujian hidup bukan penyebab hilangnya bahagia. Sebagai perumpamaannya, jika air limau nipis diletakkan di atas tangan yang biasa, maka kita tidak akan berasa apa-apa. Sebaliknya, jika air limau itu diteteskan di atas tangan yang luka maka pedihnya akan terasa. Jadi apakah yang menyebabkan rasa pedih itu? Air limau itu kah atau tangan yang luka itu? Tentu jawabannya adalah luka di tangan itu.
Maksud dari pernyataan di atas adalah sebagai berikut :

Air limau itu adalah di umpamakan ujian hidup, manakala tangan yang luka itu ialah hati yang sakit. Hati yang sakit ialah hati yang dipenuhi oleh sifat-sifat mazmumah seperti takbur, hasad dengki, marah, kecewa, putus asa, dendam, takut, cinta dunia, gila puji, tamak dan lain-lain lagi. Ujian hidup yang menimpa diri hakikatnya menimbulkan sahaja sifat mazmumah yang sedia bersarang di dalam hati. Bila diuji dengan cercaan manusia, timbullah rasa kecewa, marah atau dendam. Bila diuji dengan harta, muncullah sifat tamak, gila puji dan takbur.
Justru, miskin, cercaan manusia dan lain-lain itu bukanlah penyebab hilang bahagia tetapi rasa kecewa, marah dan tidak sabar itulah yang menyebabkannya. Pendek kata, ujian hidup hakikatnya hanya menyerlahkan sahaja realiti hati yang sudah tidak bahagia lama sebelum ia menimpa seseorang.
Dengan segala hujah di atas terbuktilah bahwa pendapat yang mengatakan bahagia itu datang dari luar ke dalam adalah tertolak sama sekali.
Ini kerana faktor “kesihatan” hati jelas lebih dominan dalam menentukan bahagia atau tidaknya seseorang berbanding segala faktor luaran. Ini secara tidak langsung menunjukkan bahawa kebahagiaan itu datang dari dalam ke luar (soal hati).
               Oleh karena itu, hati perlu dibersihkan serta dipulihara dan dipelihara “kesihatannya” agar lahir sifat-sifat mahmudah seperti amanah, sabar, syukur, qanaah, reda, pemaaf dan sebagainya. Kemuncak kebahagiaan ialah apabila hati seseorang mampu mendorong pemiliknya melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan dan larangan yang ditentukan oleh Islam dengan mudah dan secara “auto pilot”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar